Malaikat Mencatat Segala Amal dengan Adil
Masih dari buku 'Aalam al-Malaa'ikah al-Abraar & Aalam al-Jinn wa asy-Syayaathiin, Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan bahwa Allah SWT menunjuk dua malaikat yang selalu hadir dan tidak pernah meninggalkan manusia. Keduanya bertugas mencatat seluruh perbuataan hingga perkataan manusia. Mereka ini yang dimaksud dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Infithar ayat 10-12.
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, bahwa ia membaca ayat, "(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS Qaf: 17)
Kemudian Hasan berkata, "Wahai manusia, catatan telah dibentangkan untukmu dan kepadamu ditugaskan dua malaikat. Yang satu di sebelah kananmu dan yang lain di sebelah kirimu. Malaikat yang ada di sebelah kananmu (ditugaskan) mencatat amal kebaikan. Sementara itu, malaikat yang ada di sebelah kirimu (ditugaskan) mencatat amal keburukan. karena itu, berbuatlah semaumu, sedikit maupun banyak, hingga saat engkau mati maka ditutuplah lembaran catatanmu dna diletakkan di lehermu, bersamamu dalam kubur hingga kamu keluar dari kubur pada hari kiamat."
Hasan menambahkan, "Demi Allah, malaikat yang dijadikan sebagai pencatat amalmu itu pasti adil."
Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu adalah Jibril. Selain itu, kamu tentunya juga perlu mengenali malaikat lainnya. Ada 10 malaikat yang wajib kamu kenali. Setiap malaikat memiliki tugasnya masing-masing. Dari sinilah kamu akan mengenal malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu adalah Jibril.
Berikut 10 malaikat beserta tugasnya:
Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu adalah Jibril. Jibril berperan dalam menyampaikan wahyu kepada nabi dan rasul. Nama lain malaikat Jibril adalah Ruh al-Quds, ar-Ruh al-Amin, dan Namus.
Malaikat Mikail bertugas mengatur kesejahteraan makhluk, seperti mengatur awan, menurunkan hujan, melepaskan angin, dan membagi-bagikan rezeki.
Malaikat Israfil bertugas meniupkan terompet (sangkakala), saat dimulainya kiamat hingga saat hari berbangkit di Padang Mahsyar.
Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk hidup, baik manusia, jin, iblis, setan, dan malaikat apabila telah tiba waktunya.
Malaikat Munkar bertugas menanyai orang yang sudah meninggal dan berada di alam kubur.
Malaikat Nakir bertugas menanyai orang yang sudah meninggal dan berada di alam kubur.
Malaikat Raqib bertugas mencatat semua pekerjaan baik setiap manusia sejak ±qil b±lig sampai akhir hayat.
Malaikat Atid bertugas mencatat semua pekerjaan buruk setiap manusia sejak ±qil b±lig sampai akhir hayat.
Malaikat Ridwan bertugas menjaga dan mengatur kesejahteraan penghuni surga.
Malaikat Malik disebut juga malaikat zabaniyyah bertugas menjaga dan mengatur siksa (azab) bagi para penghuni neraka.
Melansir laman resmi Kemenag Jabar, cara malaikat Izrail mencabut nyawa berbeda-beda tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan. Bila orang yang akan meninggal dunia durhaka kepada Allah SWT, maka malaikat Izrail mencabut nyawanya secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.
Namun, peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Sakitnya sakaratul maut itu, seperti tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang”. (HR. Ibnu Abu Dunya).
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa bisa kamu kenali dari ceritanya bersama nabi Idris AS. Di dalam kisah Nabi Idris AS, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan shalat sampai puluhan rakaat dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Hal ini menarik perhatian malaikat Izrail, sehingga ia dibolehkan Allah SWT untuk menjelma sebagai seorang lelaki, dan bertamu ke rumah Nabi Idris.
Sampai pada akhirnya Nabi Idris AS penasaran dengan tamunya tersebut dan bertanya tentang siapakah dia. Mengetahui tamunya adalah malaikat Izrail, nabi Idris AS terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. Kemudian, nabi Idris AS memohon Izrail mencabut nyawanya agar ia makin rajin beribadah kepada Allah SWT. Atas izin Allah SWT, Izrail melakukannya. Kemudian nabi Idris AS dihidupkan kembali oleh Allah SWT.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?” tanya Malaikat Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”, jawab Nabi Idris AS. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”, kata Malaikat Izrail. Jadi, begitulah kisah sakaratul maut dan cara malaikat Izrail mencabut nyawa makhluk. Imam Ghozali mengutip atsar Al Hasan mengatakan:
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”.
Hamba Allah SWT yang beriman tentu meyakini keberadaan malaikat, karena percaya akannya termasuk dalam salah satu rukun iman. Meski tak ada yang tahu jumlah pastinya, terdapat 10 malaikat yang diyakini, di antaranya Raqib dan Atid. Apa tugas Raqib dan Atid?
Diketahui luas oleh umat Islam, bahwa tugas malaikat Raqib dan Atid adalah mencatat seluruh perbuatan manusia, yang dilakukan maupun terucap. Raqib mencatat amal baik, sementara Atid mencatat amal buruk.
Mahmud asy-Syafrowi dalam bukunya Mengundang Malaikat ke Rumah, mengemukakan sebagian ulama menyebut terdapat malaikat bernama Raqib dan Atid di antara para malaikat yang ada. Tetapi dikatakan, pendapat ini tidak benar. Wallahu a'lam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasannya karena Raqib Atid, keduanya adalah sifat bagi dua malaikat yang mencatat amal perbuatan para hamba. Makna Raqib Atid sendiri yakni malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat), sebagaimana dalam Surat Qaf ayat 18:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ - 18
Artinya: "Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
Selain itu, Umar Sulaiman Al-Asyqar melalui buku 'Aalam al-Malaa'ikah al-Abraar & Aalam al-Jinn wa asy-Syayaathiin turut menyebut "Raqib Atid" adalah sifat malaikat yang berarti mengawasi dan menghitung, tidak membiarkan satu kata pun terlepas.
Meski demikian, ada juga yang menyebut bahwa malaikat Raqib Atid atau malaikat pencatat amal manusia diberi gelar 'al-Kiram al-Katibun' atau 'Kiraaman Kaatibiin'. Sesuai yang tercatat dalam Surat Al-Infithar ayat 10-12:
وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ - 10 كِرَامًا كٰتِبِيْنَۙ - 11 يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ - 12
Artinya: "Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) pengawas yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (amal perbuatanmu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Malaikat juga Mencatat Amal Hati
Umar Sulaiman al-Asyqar dalam bukunya melampirkan pendapat dari pen-syarah kitab Ath-Thahawiyyah yang menerangkan bahwa malaikat pencatat amal itu turut menuliskan amalan yang dikerjakan seseorang dalam hatinya.
Pandangan ini didasarkan pada Surat Al-Infithar ayat 12: "Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." Dijelaskan, ayat tersebut mencakup amal lahir dan batin.
Selain itu, disandarkan pula kepada hadits qudsi di mana Rasulullah SAW bersabda: "Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku bermaksud melakukan kebaikan lalu tidak melakukannya, catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia melakukan kebaikan itu, catatlah 10 kebaikan." (Muttafaq Alaih)
Walau malaikat mengetahui amal hati seorang manusia, bukan berarti ia bertentangan dengan kemampuan Allah SWT. Melainkan malaikat bisa mengetahui beberapa hal yang ada dalam hati, yaitu kehendak dan maksud.
Adapun hal yang lain seperti keyakinan, maka tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa malaikat bisa mengetahuinya. Wallahu a'lam.
Malaikat yang bertugas menurunkan air hujan adalah Mikail. Selain menurunkan hujan dan tugas-tugas yang telah disebutkan sebelumnya, dalam sebuah riwayat, Malaikat Mikail juga dikisahkan pernah menahan matahari.
Ceritanya dimulai ketika Rasulullah SAW memimpin shalat Subuh berjamaah. Tiba-tiba, malaikat Jibril datang dan membuka sayapnya di punggung Nabi yang sedang rukuk.
Aksi ini menyebabkan Rasulullah SAW melakukan rukuk lebih lama. Setelah Jibril pergi, beliau baru bisa bangkit kembali dan melanjutkan shalat hingga selesai.
"Apa yang terjadi ya Rasulullah, sehingga engkau memperlama rukuk tidak seperti biasanya?"
Menerima pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW memberikan penjelasan...
"Ketika aku rukuk tadi, dan membaca subhana rabbiyal adzim, lalu hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba Jibril datang dan merentangkan sayapnya dipunggungku hingga lama sekali. Sampai sayap itu diangkat, barulah aku bisa mengangkat badan."
"Mengapa itu terjadi?" tanya sahabat lainnya.
"Aku tidak tahu dan aku tidak bisa bertanya kepada Jibril," jawab Nabi.
Maka Jibril datang dan menjelaskan peristiwa yang terjadi kepada Nabi.
"Wahai Muhammad, Ali ingin bergabung dalam jamaah, tetapi di hadapannya ada seorang lelaki Nasrani tua yang berjalan sangat pelan. Ali tidak ingin mendahuluinya karena menghormati lelaki tua itu. Oleh karena itu, Allah memerintahkan aku untuk menahanmu tetap dalam posisi rukuk, agar Ali bisa bergabung dengan jamaah!"
Penjelasan dari Malaikat Jibril ini mengagumkan Nabi. Jibril kemudian melanjutkan dengan kisah yang lebih mengagumkan. "Lebih mengagumkan lagi, Allah memerintahkan Malaikat Mikail untuk menunda peredaran matahari dengan sayapnya, sehingga waktu Subuh tidak berakhir karena menunggu Ali hadir!"
Kemudian, Rasulullah memanggil Ali untuk memastikan informasi dari Malaikat Jibril. "Apakah ini benar, Ya Rasulullah? Lelaki tua itu berjalan sangat lambat, dan saya tidak ingin mendahuluinya karena menghormatinya. Ternyata, dia tidak datang untuk shalat. Beruntung Anda masih rukuk, sehingga saya tidak ketinggalan shalat berjamaah dengan Anda!" jawab Ali.
Malaikat pencatat amal baik adalah Raqib. Sebagaimana diketahui, malaikat tersebut mencatat segala sesuatu yang baik yang dilakukan manusia semasa hidupnya.
Menurut buku Membuka Tabir Pintu Langit oleh Siswo Sanyoto, malaikat pencatat amal baik disebut shahibul yamin karena berada di sebelah kanan. Setiap amal kebaikan yang dilakukan manusia akan dicatat oleh shahibul yamin dan pahalanya diganjar sepuluh kali lipat kebaikan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al An'am ayat 160,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰٓ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya: "Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan)."
Menukil dari buku Aqidah Shahihah Seputar Malaikat oleh Brilly El-Rasheed, Syaikh Umar bin Sulaiman Al-Asyqar menyampaikan bahwa sebagian ulama menyatakan tidak ada malaikat yang bernama Raqib dan Atid. Jadi, Raqib dan Atid dimaknai sebagai sifat yang melekat pada dua malaikat pencatat amal manusia.
"Raqib dan Atid maknanya, dua malaikat yang senantiasa hadir (di sisi manusia) dan menjadi saksi, dua malaikat yang tidak pernah absen dari seorang hamba. Dan bukanlah makna yang dimaksud, bahwa Raqib dan Atid ini adalah nama untuk dua malaikat," tulisnya.
Dikatakan, malaikat pencatat amal baik mengepalai malaikat pencatat amal buruk. Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Malaikat pencatat amal perbuatan baik mengepalai malaikat pencatat amal perbuatan buruk. Apabila seseorang hamba mengerjakan suatu amal baik, maka malaikat pencatat amal kebaikan segera menulisnya sepuluh kali lipat.
Dan apabila seseorang itu mengerjakan amal buruk, malaikat pencatat amal kebaikan mengatakan: "Tunggu," lalu, malaikat pencatat keburukan menangguhkannya selama enam saat; apabila Allah mengampuninya, maka ia tidak menuliskannya apa pun terhadapnya. Dan apabila Allah tidak mengampuninya, maka malaikat pencatat amal keburukan mencatat untuknya satu amal perbuatan buruk." (HR Imam Baihaqi)
Dalam Aalam al-Malaa'ikah al-Abraar & Aalam al-Jinn wa asy-Syayaathiin oleh Umar Sulaiman Al-Asyqar terjemahan Muhammad Misbah disebutkan Allah SWT menunjuk dua malaikat yang selalu hadir dan tidak pernah meninggalkan manusia. Keduanya bertugas mencatat seluruh perbuatan hingga perkataan.
Malaikat pencatat amal itu juga menuliskan amalan yang dikerjakan seseorang dalam hatinya. Pandangan ini bersandar pada surah Al Infithar ayat 12,
يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
Artinya: "Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat di atas mencakup amal lahir dan batin. Selain itu dalam hadits qudsi Nabi Muhammad SAW tutur diterangkan hal serupa,
"Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku bermaksud melakukan kebaikan lalu tidak melakukannya, catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia melakukan kebaikan itu, catatlah 10 kebaikan." (Muttafaq Alaih)